Rabu, 29 Mei 2013

Universal Precoution

   Universal Precoution

A.     Definisi Universal Precoution
Universal Precoution (kewaspadaan universal) adalah langkah sederhana pencegahan infeksi yang mengurangi resiko penularan dari patogen yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh diantara pasien dan pekerja kesehatan.
B.     Tujuan:
1.  Untuk melindungi diri (proteksi diri) dan mencegah  penularan penyakit dari penderita kepada petugas
2.    Mencegah  penularan penyakit dari penderita ke penderita.
C.     Peralatan :
1.      Gown
2.      Sarung tangan
3.      Eyewear (kacamata)
4.      Perisai wajah


D.     Self Precaution :
1.      Cuci tangan
2.  Pakai handscoon saat menyentuh cairan tubuh, kulit tak utuh, dan membran mukosa.
3.   Pakai masker, pelindung mata, gown jika darah atau cairan tubuh mungkin       memercik.
4.      Tutup luka dan lecet dengan plester tahan air.
5.      Tangani jarum dan benda tajam dengan aman.
6.      Buang jarum dan benda tajam dalam kotak tahan tusukan dan tahan air.
7.      Proses instrument dengan benar.
8.      Bersihkan tumpahan darah dan cairan tubuh lain segera dan dengan seksama.
9.      Buang sampah terkontaminasi dengan aman

E.      Sterilisasi
Sterilisasi merupakan tindakan membunuh kuman patogen dan apatogen beserta sporanya pada alat-alat perawatan dan alat-alat kedokteran dengan cara merebus, memberi panas tinggi, atau menggunakan bahan kimia. Bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat kesehatan atau untuk menjamin alat tersebut dalam kondisi steril dan siap pakai.         
Penatalaksanaan pengelolaan melalui 4 tahap kegiatan yaitu :
1.      Dekontaminasi
2.      Pencucian
3.      Sterilisasi atau DTT
4.      Penyimpanan
F.      Alat-alat yang perlu disterilisasikan :
1.      Jarum
2.      Gunting
3.      Korentang
4.      Pinset
5.      Bak instrument
6.      Duk steril
7.      Waslap
8.      Nasal kanul
9.      Piring
10.  Sendok
11.  Gelas
12.  NGT
13.  Termometer
14.  Spuit
15.  Kateter
16.  Pispot
17.  Urinal
18.  Bengkok
19.  Spuit
  
Sterilisasi ada dua jenis  yaitu:

1.    Sterilisasi dengan cara fisik
A.    Pemanasan
          Air dan uap adalah media panas yang baik. Dalam waktu relatif singkat, alat yang akan disterilkan akan mencapai suhu yang diinginkan. Udara adalah penyalur panas yang kurang baik. Oleh karena itu, untuk mecapai suhu yang diinginkan akan membutuhkan waktu yang cukup lama.
1.    Panas kering
Cara ini untuk membunuh mikroba hanya memakai udara panas kering yang tinggi. Sterilisasi panas kering dibedakan atas :
a.    Panas membara
          Dengan jalan menaruh benda yang akan di sterilkan dalam nyala api bunsen sampai merah membara. Alat yang disterilkan yaitu sengkelit, jarum, ujung pinset dan ujung gunting.
b.    Melidah - apikan
          Dengan melewatkan benda dalam api bunsen, namun tidak sampai menyala terbakar. Alat yang disterilkan yaitu scalpel, kaca benda, mulut tabung dan mulut botol.


c.    Udara kering
          Oven merupakan ciri umum yang dimaksud. Alat ini terbuat dari kotak logam, udara yang terddapat di dalamnya mendapat udara panas melalui panas dari nyala listrik. Alat yang disterilkan yaitu tabung reaksi, cawan petri, pipet, scalpel dari logam, gunting dan botol. Pemanasan satu jam dengann temperatur 160 oC dianggap cukup.
2.    Panas Basah
          Yang dimaksud panas basah adalah pemansan menggunakan air atau uap air. Uap air adalah media penyalur panas yang terbaik dan terkuat daya penetrasinya. Panas basah mematikan mikroba. Oleh karena koagulasi dan denaturasi enzim dan protein protoplasma mikroba. Untuk mematikan spora diperlukan panas basah selama 15 menit pada suhu 121 oC. Sterilisasi panas basah dapat dibedakan atas tiga golongan yaitu:
a.    Panas basah <100 oC (Pasteurisasi)
          Pasteurisasi yaitu pemanasan pada suhu 60 oC selama 30 menit. Pasteurisasi tidak dapat membunuh spora atau dipanaskan pada suhu 71,6 – 80 oC selama 15 – 30 detik kemudian cepat – cepat didinginkan.
b.    Panas basah pada suhu 100 oC
          Di sini menggunakan air mendidih (suhu 100 oC) selama 10 menit. Untuk mematikan bentuk spora dilakukan pemansan 3 hari berturut – turut selama 15 – 45 menit sehingga spora yang tidak mati pada pemanasan pertama akan beruah menjadi bentuk vegetatif pada hari kedua steleh inkubasi pada shu 37 oC begituu pula spora yang tidak mati pada hari kedua, akan berubah menjadi bentuk vegetatif pada hari ketiga.
c.    Panas basah >100 oC
          Sterilisasi dengan cara ini hasilnya mutlak steril, sehingga biasa dipergunakan di rumah sakit dan laboratorium besar. Cara ini menggunakan tangki yang diisi dengan uap air yang disebut autoclave. Alat yang disterilkan adalah alat dari kaca, kain kasa, media pembenihan, cairan injeksi, dan bahan makanan.
B.  Filtrasi / Penyaringan
          Penyaringan dilakukan dengan mengalirka larutan melalui suatu alat penyaringan yang memiliki pori – pori cukup kecil. Untuk menahan mikroorganisme dengan ukuran tertentu. Saringan yang umum digunakan tidak dapat menyaring virus. Penyaringan dilakukan dengan untuk mensterilkan cairan yang tidak tahan terhadap pemanasan dengan suhu tinggi seperti : serum, larutan yang mengandung enzim, toksin kuman, ekstrak  sel, antibiotik dan asam amino.
C. Radiasi / Penyinaran
          Mikroorganisme dapat dibunuh dengan penyinaran yang memakai sinar ultrraviolet yang panjang gelombangnya antara 220 – 290 nm. Radiasi paling efektif adalah 253,7 nm. Sinar matahari langsung mengandung sinar ultraviolet 290 nm, sehingga sinar matahari adalah sinar yang bersifat bakterida yang baik.
2.    Sterilisasi Dengan Cara Kimia
          Zat kimia yang dapat digunakan untuk sterilisasi dapat berwujud :
a.    Gas : Ozon, formaldehyde, ethylene oxide gas
b.    Larutan : deterjen, yodium, alcohol, peroksida fenol, formalin, AgNO3 dan merkuroklorid
     Sterilisasi dengan cara kimia antara lain dengan disenfektan. Daya kerja antimikroba disenfektan ditentukan oleh konsenntrasi, waktu dan suhu. Beberapa contoh desinfektan yang digunakan antara lain : Desinfektan lingkungan misalnya :
1.    Untuk permukaan meja : lisol 5%, formalin 4% dan alcohol.
2.    Untuk di udara : natrium hipoklorit 1%, lisol 5% atau senyawa fenol lain
3.    Desinfektan kulit atau luka : dicuci denngan air sabun, providon yodium dan etil alkohol 70%



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar