Psikosa adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa
kenyataan (sense of reality)
terhadap gangguan pada hidup perasaan (afek dan emosi), proses berpikir,
psikomotorik dan kemauan.
Gangguan jiwa yang serius, yang timbul karena Sipenyebab organik atau fungsional / emosional dan
menunjukkan gangguan kemampuan berpikir, bereaksi secara emosional
mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan, dan bertindak sesuai
kenyataan. Psikosa kadang kala juga bisa disebut dengan psikosis.
Psikofarmaka
adalah obat-obat yang berkhasiat terhadap SSP (Sistem Syarat Pusat) dengan
mempengaruhi fungsi-fungsi psikis (rohaniah) dan proses-proses mental.
Gambaran utama
pada pasien psikosa:
1. Halusinasi visual
maupun auditori (paling sering ditemukan).
2. Delusi primer atau
sekunder.
3. Gangguan pikiran
berupa bicara terlalu cepat, pikiran melayang, benturan
4. Kata-kata, permainan kata-kata.
5. Daya tilikan
terganggu ~daya nilai realitas diri terganggu
6. Mendengar
suara-suara yang tidak ada sumbernya.
7. Keyakinan atau
ketakutan yang aneh/tidak masuk akal.
8. Kebingungan atau
disorientasi
9. Perubahan
perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri,
10. Kecurigaan berlebihan, mengancam diri
sendiri, orang lain atau lingkungan,
11. Bicara dan tertawa serta marah-marah
atau memukul tanpa alasan
Psikotropik
Obat yang bekerja
atau mempengaruhi fungsi psikis, kelakuan atau pengalaman. Sebenarnya
psikotropik baru diperkenalkan sejak lahirnya suatu cabang ilmu farmakologi
yakni psikofarmakologi, yang khusus mempelajari psikofarmaka atau psikotropik.
Dewasa ini renjatan listrik (ECT, electro convulsif theraphy) masih digunakan
dalam psikiatri, terutama untuk mengatasi depresi hebat dengan kecenderungan
bunuh diri. Biasanya ECT lebih cepat menghilangkan depresi daripada obat.
Keuntungan penggunaan obat yaitu pemberiannya lebih mudah, dapat digunakan
untuk pengobatan masal,relatif murah dan penberiannya lebih cepat pada
panderita yang tidak kooperatif.
Berdasarkan gangguan klinik psikotropik dibagi menjadi 4 golongan yaitu, (1)
antipsikosis (major tranquilizer, neuroliptik) ; (2) antiansietas
(antieneurosis, minor tranquilizer) ; (3) antidepresin ; dan (4) psikotogenik
(psikotomimetik, psikodispleptik, halusinogenik).
ANTIPSIKOSIS
Istilah antipsikosis digunakan untuk menunjukkan sekelompok obat yang
tidak hanya dipakai khusus untuk skizofrenia , namun juga efektif untuk
beberapa jenis psikosis dan gaduh gelisa.
Tipe kimia : Sejumlah struktur kimia telah banyak dikaitkan dengan
sifat obat antipsikosis. obat-obat tersebut dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa kelompok seperti
A. Derivat Phenothiazine
Ketiga subfamili phenothiazine, yang terutama berdasarkan pada rantai samping
molekul, dahulu merupakan antipsikosis yang paling banyak digunakan. Derivat
slifiatik ( misalnya, chlorpromazine) dan turunan piperidine ( misalnya
thiridazine ) merupakan obat-obat yang paling rendah potensinya.
B. Derivat Thioxantene
Kelompok obat ini terutamanya diwakili oleh thiothixene. Pada umumnya
campuran ini lebih kecil potensinya dibandingkan dengan analog
phenothiazine-nya.
C. Kelompok ini, di mana haloperidol paling banyak
digunakan , mempunyai struktur yang sangat berbeda dari kedua kelompok pertama.
Diphenylbutylpiperidine adalah senyawa yang paling erat kaitannya. Obat ini
cenderung lebih poten dan memiliki sedikit efek otonomis.
D. Struktur lainnya
Obat-obat terbaru yang tidak semuanya tersedia di Amerika Serikat, memiliki
beragam struktur dan mencakip pimozide, molindone, clozapine, olanzapine,
rispiridone, sertindole, dan ziprasidone.
Penggolongan
Dapat digolongkan dalam dua jenis :
1. Antipsikotika ( dahulu disebut neuroleptika atau major tranquillizers ) yang bekerja antipsikotis dan sedative. Obat ini digunakan khusus untuk pelbagai jenis psikosis (a.l. scizhofrenia) dan mania.
2. Antidepresive, yang bekerja untuk memperbaiki suasana murung dan putus asa dan terutama digunakan pada keadaan depresi,panic, dan fobia.
Neurotransmitter.
Di otak terdapat neurotransmitter atau neurohormon yang bertanggung jawab atas
penerusan impuls listrik antara sel-sel saraf secara kimiawi.
Ada sejumah system neurotransmitter, antara lain system adrenergic dan system kolinergis dengan zat – zatnya tersendiri.
Klorpromazin dan
Derivat fenotiazin
Klorprozamin (cpz)
adalah 2-klor-N- (dimetil-aminopropil)-fenotiazin Pada susunan saraf
pusat CPZ menimbulkan efek sedasi yang disertai sikap acuh tak
acuh terhadap rangsang dari lingkungan. Pada pemakaian lama dapat timbul
toleransi terhadap efek sedasi. Timbulnya sedasi amat tergantung dari situs
emosional penderita sebelum minum obat.
Kloropromazin berefek antipsikosis terlepas dari efek sedasinya. CPZ
menimbulkan efek menenangkan pada hewan buas. Efek ini juga dimiliki pada hewan
lain misalnya , barbiturat, narkotik, dan memprobamat. Tetapi berbeda dengan
barbiturat, CPZ tidak bisa mencegah timbulnya konvulsi akibat rangsang listrik
maupun rangsang oleh obat. CPZ dapat mengurangi atau mencegah muntah yang
disebabkan oleh rangsangan pada chemoreceptor trigger zone. Muntah yang
disebabkan oleh kelainan saluran cerna atau vestibuler kurang dipengaruhi,
tetapi fenotiazin potensi tinggi dapat berguna untuk keadaan tersebut. Pada
otot rangka CPZ dapat menimbulkan relaksasi otot seklet yang
berada dalam keadaan spastik. Cara kerja relaksasi ini di duga bersifat
sentral, sebab sambungan sraf otot dan medula spinalis tidak dipengaruhi CPZ.
efek endokrin ; menghambat ovulasi
dan menstruasi, CPZ juga mengahmbat sekresi ACTH. Efek terhadap sistem endokrin
ini terjadi berdasarkan efeknya terhadap hipotalamus. Semua fenotiazin kecuali
klozpin menimbulkan hiperprolaktinemia lewat penghambat efek sentral dopamin.
Pada umumnya fenotiazin diabsorbsi dengan baik bila deberikan per oral maupun
parenteral. Penyebaran luas kesemua jaringan dengan kadar tertinggi di
paru-paru, hati, kelenjar suprarenal dan limpa. Sebagian fenotiazin mengalami
hidroksilasi dan konyugasi, sebagian lain di ubah menjadi sulfoksid yang
kemudian diekskresi bersama feses dan urin.
Efek samping :
Batas keamanan CPZ
cukup lebar, sehingga obat ini cukup aman. Gejala idiosinkrasi mungkin timbul
berupa ikterus, determatitis dan leukopenia. Reaksi inin disertai dengan
eosinofilia dalam darah perifer.
INDIKASI :
Indikasi utama
fenitiazin ialah skizofernia gangguan psikosis yang sering ditemukan. Gejala
psikotik yang dipengaruhi secara baik oleh fenitiazin dan antipsikosis lain
ialah ketegangan, hiperaktifitas, combativensess,hostality, halusinasi, delusi
akut, susah tidur, anoreksia, perhatian dari yang buruk, negativisme dan
kadang-kadang mengatasi sifat menarik diri. Pengaruhnya terhadap insight,
judgement, daya ingat dan orientasi kurang. Pemberian antipsikosis sangat
memudahkan perawatan pasien. Walaupun antipsikosis sangat bermanfaat mengatasi
gejala psikosis akut, namun penggunaan antipsikosis saja tidak mencukupi untuk
perawatan pada pasien psikotik. Perawatan, perlindungan, dan dukungan
mentel-spiritual terhadap pasien sangatlah penting. Semua antipsikosis kecuali
mesoridazin, molindodn, tioridazin dan klozapin mempunyai efek tiemetik.
Klorpromazin
tersedia dalam bentuk tablet 25mg dan larut suntik 25mg/ml. Larutan CPZ dapat
berubah warna menjadi merah jambu oleh pengaruh cahaya. Perfenazin tersedia
sebagai obat suntik dan tablet 2 dan 4mg. Tioridazin tersedia dalam bentuk
tablet 25mg. Flufenazin tersedia dalam bentuk tablet 1mg. Masa kerja flufenazin
cukup lama smpai 24 jam.
Antipsikosis lain :
Ø BUTIROFENON
Haloperidol
barguna untuk menenangkan keadaan mania penderita psikosis yang karena hal
tertentu tidak dapat diberi fenotiazin. Reaksi ekstrapiramidal timbul pada 80%
penderita yang diobati haloperidol.Oksipertin merupakan derivat butirofenon
yang banyak persamaannya dengan CPZ. Oksipertin berefek blokade adrenergik dan
antiemetik serta dapat menimbulkan parkinsonisme pada manusia dan katalepsi
pada hewan. Dalam farmakologi struktur haloperidol berbeda dengan fenotiazin,
tetapi butirofenon memperlihatkan banyak sifat farmakologi fenotiazin. Pada
orang normal efek haloperidol mirip fenotiazin piperazin. Haloperidol
memperlihatkan antipsiktik yang kuat dan efektif untuk fase mania penyakit
manik depresif dan skizofernia. Efek fenotiazin piperazin dan butirofenon
berbeda dengan secara kuantitatif karena butirofenon selain menghambat efek
dopamin, juga menungkatkan turn over ratenya.
Pada sususnan
saraf pusat, Haloperidol menenangkan dan menyebabkan tidur pada
orang yang mengalami eksitas. Efek sedatif haloperidol kurang kuat dibanding
dengan CPZ, sedangkan efek haloperidol terhadap EEG menyerupai CPZ yakni
memperlambat dan menghambat jumlah gelombang teta. Haloperidol dan CPZ sama
kuat menurunkan rangsang konvulsit. Haloperidol menghambat sistem dopamin dan
hipotalamus, juga menghambat muntah yang ditimbulkan oleh apomorfin.
Pada sistem saraf
otonom, efek haloperidol terhadap sistem saraf otonom lebih kecil
daripada efek antipsikotik lain. Walaupun demikian haloperidol dapat
menyebabkan pandangan kabur (blurring of vision). Obat ini menghambat aktivitas
reseptor α yang disebabkan
oleh amin simpatomimetik, tetapi hambatannya tidak sekuat hambatan CPZ.
Farmakokinetik, Haloperidol
cepat diserap dari saluran cerna. Kadar puncaknya dalam plasma tercapai dalam
waktu 2-6 jam sejak menelan obat, menetap sampai 72 jam dan masih dapat
ditemukan dalam plasma sampai berminggu-minggu. Obat ini ditimbun dalam hati
dan kira-kira 1% dari dosis yang diberikan diekskresi melalui empedu. Ekskresi
haloperidol lambat melalui ginjal, kira-kira 40% obat dikeluarkan selama 5hari
sesudah pemberian dosis tunggal.
Efek samping
danintoksisasi, Halopuridol menimbulkan reaksi ekstrapiramidal dengan
insidens yang tinggi, terutama pada penderita usia muda. Pengobatan dengan
halopuridol harus dimulai dengan hati-hati. Dapat terjadi depresi akibat
reversi keadaan mania atau sebagai efek samping yang sebenarnya. Perubahan
hematologik ringan dapat terjadi, tetapi hanya leukopenia dan agranulositosis
sering dilaporkan. Sebaiknya halopuridol tidak diberikan pada wanita hamil
sampai terdapat bukti bahwa obat ini tidak menimbulkan efek teratogenik.
Indikasi , Indikasi utama
ialah untuk psokosis, Butirofenon merupakan obat pilihan untuk mengobati
sindrom gilles de la tourette, suatu kelainan neurologik yang aneh dengan
ditandai dengan kejang otot hebat, dan menyeringai.
Ø
DIBENZOXAZEPIN
Obat ini mewakili
golongan antipsikosis yang baru dengan rumus kimia yang berbeda dari
fenotiazin, bitirofenon, tioksanten dan dihidroiodolon. Namun sebagian besar
efek farmakologiknya sama. Dibenzoxazepin termasuk senyawa loksapin. Loksapin
memiliki efek antiemetik, sedatif, antikolinergik dan antiadrenergik. Obat ini
berguna untuk mengobati skizofernia dan psikosis lainnya.
Efek samping, dapat menurunkan
ambang bangkitan pasien, sehingga harus hati-hati digunakan pada pasien yang
riwayat kejang.
Obat ini diabsorbsi
baik per oral, kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 1jam (IM) dan 2jam
(oral). Waktu paruh loksapin ialah 3,4 jam. Metabolit utamanya ( 8-hidroksi
loksapin) memiliki waktu paruh yang lebih lama ( 9jam ).
Ø KLOZAPIN
Golongan dari salah satu obat yang menujukkan efek
antopsikosis lemah. Klozapin efektif untuk mengontrol gajala psikosis dan
skizofernia baik positif maupun negatif. Efek yang bermanfaat terlihat dalam
waktu 2minggu, diikuti perbaikan secara bertahap pada minggu-minggu berikutnya.
Obat ini berguna untuk pengobatan pasien yang retrakter dan terganggu berat
selama pengobatan. Pasien yang diberi klozapin perlu dipantau jumlah sel darah
putihnya setipa minggu.
Efek samping, Agranulositosis
merupakan efek samping utama yang ditimbulakan pada pengobatan dengan klozapin.
Pada pasien yang mendapat klozapin selama 4minggu atau lebih, resiko terjadinya
kira-kira 1,2%. Gejala ini timbul paling sering 6-18 minggu setelah pemberian
obat. Pengobatan dengan obat ini tidak boleh lebih dari 6minggu kecuali
terlihat adanya perbaikan. Efek samping yang dapat terjadi antara lain
hipertermia, takikardia, sedasi, pusing kepala, hipersalivasi.
Ø MOLINDON
Obat ini memiliki struktur kimia yang berbeda dari antipsikosis yang lain.
Efektif terhadap skizofernia dan psikosis lainnya. kadar puncak plasma dicapai
kira-kira 1,5jam. Molondon dimetabolisme secara cepat dan ekstensif, tetapi
efek klinisnya bertahan 24-36jam.
Efek samping, Gejala
ekstrapiramidal dan antiadrenergik molindon umum lebih sedikit dibandingkan
antipsikosis yang lain. Efek sedatif terletak antara fenotiazin alifatik dan
fenotiazin piperazin.
Sebagai pedoman
memilih obat antipsikosis dapat disebutkan hal-hal sebagai berikut :
1. Bila resiko tidak diketahui atau tidak
ada komplikasi yang diketahui sebelumnya maka pilihan jatuh pada fenotiazin
berpotensi tinggi.
2. Bila kepatuhan penderita (complience)
dalam menggunakan obat tidak terjamin, maka pilihan jatuh pada flufenazin oral
kemudian tiap dua minggu deberikan suntikan flufenazin enantat atau dekanoat.
3. Bila penderita mempunyai riwayat
penyakit kardiovaskular atau stroke sehingga hipotensi merupakan hal yang
membahayakan maka pilihan jatuh pada fenotiazin piperazin atau halopuridol.
4. Bila karena alasan usia atau faktor penyakit
terdapat resiko efek samping gejala ekstrapiramidal yang nyata, maka pilihan
jatuh pada tioridazin.
5. Tioridazin tidak boleh digunakan apabila
terdapat gangguan ejakulasi.
6. Bila efek sedasi berat perlu dihindari,
maka pilihan jatuh pada haloperidol atau fenotiazin piperazin.
7. Bila penderita mempunyai kelainan hepar,
haloperidol merupakan obat yang paling aman pada stadium awal pengobatan.
Ø THOARZIEN
Merupakan antiemetic merek penenang, kemungkinan efek samping dari
(Thorazine):gatal-gatal, kesulitan bernafas, pembengkakan pada wajah Anda,
bibir, lidah, atau tenggorokan. Berhenti mengambil klorpromazin dan hubungi
dokter Anda sekaligus jika Anda memiliki efek samping yang serius
seperti: kebutaan atau gerakan tak terkendali pada bibir, mata,
lidah, wajah, lengan, atau kaki kesulitan menelan, masalah dengan keseimbangan
atau berjalan. Thorazine (chlorpromazine) adalah 10 -
(3-dimethylaminopropyl)-2-chlorphenothiazine, sebuah dimetilamine turunan
fenotiazin.Obat ini hadir dalam bentuk oral dan
suntik sebagai garam hidroklorida, dan di supositoria sebagai basis.
Tablet Setiap bulat, jeruk, tablet salut mengandung klorpromazin
hidroklorida sebagai berikut: 10 mg dicetak SKF dan T73; 25 mg dicetak SKF dan
T74; 50 mg dicetak SKF dan T76; 100 mg dicetak SKF dan T77; 200 mg dicetak SKF
dan T79 . bahan aktif terdiri dari asam benzoat, natrium croscarmellose, D
& C Yellow No 10, FD & C Blue No 2, FD & C Yellow No 6, gelatin,
metilselulosa hidroksipropil, laktosa
, magnesium
stearat, metil, glikol polietilen, propil, talk
, titanium dioksida dan melacak jumlah bahan aktif lainnya.
Spansule ® kapsul rilis berkelanjutan - Setiap Spansule Thorazine ® kapsul
jadi persiapkan bahwa dosis awal dilepaskan segera dan obat yang tersisa dilepaskan
secara bertahap selama waktu yang lama. Setiap kapsul, dengan topi oranye buram
dan tubuh alami, mengandung klorpromazin hidroklorida sebagai berikut: 30 mg
dicetak SKF dan T63; 75 mg dicetak SKF dan T64; 150 mg dicetak SKF dan T66.
Bahan aktif terdiri dari benzil alkohol, sulfat kalsium, klorida
cetylpyridinium, FD & C Yellow No 6, gelatin, distearate gliseril,
monostearate gliseril, oksida besi, povidone, silikon dioksida, lauril sulfat
natrium, pati, sukrosa, titanium dioksida.
Ampuls - Setiap mL
mengandung, dalam larutan air, klorpromazin hidroklorida, 25 mg, asam askorbat
, 2 mg, natrium bisulfit, 1 mg, natrium klorida, 6 mg, natrium sulfit, 1 mg.
Multi-Dosis Vial -
Setiap mL mengandung, dalam larutan air, klorpromazin hidroklorida, 25 mg, asam
askorbat, 2 mg, natrium bisulfit, 1 mg, natrium klorida, 1 mg, natrium sulfit,
1 mg, alkohol benzil, 2%, sebagai pengawet. bahan aktif terdiri dari asam
sitrat, rasa, natrium benzoat, natrium sitrat, sukrosa dan air.
-
supositoria Masing-masing mengandung klorpromazin, 25 atau 100 mg, gliserin,
monopalmitate gliseril, monostearate gliseril, minyak kelapa terhidrogenasi asam lemak
dan hidrogenasi asam lemak minyak sawit kernel.
INDIKASI :
- Untuk pengobatan skizofrenia
- Untuk mengontrol mual
dan muntah
- Untuk menghilangkan
kegelisahan dan ketakutan sebelum operasi
- Sebagai tambahan dalam
pengobatan tetanus
- Untuk mengontrol
manifestasi dari manik
-jenis penyakit manik depresi
Dosis :
Dewasa - sesuaikan
dosis untuk individu dan tingkat keparahan kondisinya, mengakui bahwa miligram
untuk potensi hubungan miligram antara semua bentuk sediaan belum tepat
dibentuk secara klinis. Dalam lanjutan terapi
, secara bertahap mengurangi dosis untuk pemeliharaan tingkat efektif terendah,
setelah gejala telah dikendalikan untuk jangka waktu yang wajar.
Lansia - Secara
umum, dosis di kisaran lebih rendah untuk pasien lanjut usia kebanyakan. Karena
mereka tampaknya lebih rentan terhadap hipotensi dan neuromuskuler
reaksi, pasien tersebut harus diperhatikan dengan seksama.
Ø ANTIANSIETAS
Obat yang digunakan untuk pengobatan ansietas ialah sedatif,atau obat-obat yang
secara umum memiliki sifat yang sama dengan sedatif. Ansietas yang terutama
adalah golongan benzodiazepin.
a. Benzodizepin yang
dianjurkan sebagai antiansietas ialah; klordiazepoksid, diazepam,
oksazepam, klorazepat, lorazepam, prazepam, alprazolam, dan halozepam.
Mekanisme keraja
benzodiazepen, efek farmakodinamik derivat benzodiazepin lebih luas
daripada efek meprobamat dan barbiturat. klordiazepin tidak saja bekerja
sentral, tetapi juga perifer pada susunan saraf kolinergik, adrenergik dan triptaminergik.
Ekskresi benzodiazepin melalui ginjal lambat; setelah pemberian satu dosis,
obat ini masih ditemukan dalam urin selamabeberapa hari.
Efek samping, Pada penggunaan
dosis terapi jantung jarang timbul kantuk, tetapi pada takar lajak benzodiazepin
menimbulkan depresi ssp. Efek samping akibat depresi sususnan saraf pusat
berupa kantuk dan ataksia merupakan kelanjutan efek farmakodinamik obat ini.
Hal yang ganjil adalah terjadinya peningkatan ansietas. Respon semacam ini
rupa-rupanya terjadi khusus pada penderita yang merasa ketakutan, terjadi
penumpulan daya pikir sebagai akibat efek samping sedasi obat antiansietas.
Salah satu penyebab dari keadaan bingung yang reversibel pada orang tua adalah
pemakaian yang berlebihan berbagai jenis sedatif, termasuk apa yang biasanya
disebut sebagai benzodiazepin “dosis kecil”. Efek yang unik adalah
perangsangan nafsu makan, yang mungkin timbul oleh derivat benzodiazepin secara
mental. Derivat benzodiazepin sebaiknya jangan diberikan bersama alkohol, barbiturat
atau fenotiazin. Kombinasi ini mungkinmenimbulkan efek depresi yang berlenihan.
Indikasi dan
sediaan, derivat benzodiazepin digunakan untuk menimbulkan sedasi,
menghilangkan rasa cemas, dan keadaan psikosomatik yang ada hubungannya dengan
rasa cemas. Sebagian antiansietas, kloridazepoksid dapat diberikan secara oral
atau suntikan (dapat diulang 2-4 jam) dengan dosis 25-100mg sehari dalam 2 atau
4 pemberian. Dosis diazepin adalah tiap 3-4 jam.
toleransi /
ketergantungan fisik, keadaan ini dapat terjadi apabila binzodiazepin diberikan
dalam dosis tinggi dan dalam jangka waktu lama. Jadi pemberian golongan obat
ini lebih dari 3 minggu baiknya dihindari. Umumnya dengan pemberian dosis biasa
tidak terjadi gejala putus obat.
b. Buspiron, merupakan contoh dari golongan
azaspirodekandion yang potensial berguna dalam pengobatan ansietas. Semula
golongan obat ini dikembang sebagai antipsikosis. Buspiron merupakan
farmakodinamik yang berbeda dengan benzodiazepin yaitu tidak memperlihatkan
aktivitas GABA-ergik dan antikonvulsi, interaksi dengan obat depresan susunan
saraf pusat minimal. Buspiron merupakan antagonis selektif reseptor serotin
(5-HTIA ) potensi antagonis dopaminergiknya rendah, sehingga resiko menimbulkan
efek samping ekstrapiramidal pada dosis pengobatan ansietas kecil.
Studi klinik
menunjukkan, busprin merupakan antiansietas efektif yang efek sedatifnya
relatif ringan. Efek antiansietas baru timbul setelah 10-15 hari dan bukan
antiansietas untuk penggunaan akut. Tidak ada toleransi silang antara buspiron
dengan benzodiazepin sehingga kedua obat tidak dapat saling menggantikan.
Ø ANTIDEPRESI
Obat antidepresi
digunakan untuk mengatasi depresi endogen yaitu penghambat MAO,
antidepres-trisklik dan anti depresi yang relatif baru.
a) Penghambat mono amin oksidase
Digunakan sebagai
antidepresi sejak 15tahun yang lalu. MAO dalam tubuh berfungsi dalam proses
deaminasi oksidatif katekolamin di mitokondria. Proses ini di hambat oleh
penghambat MAO karena terbentuk suatu kompleks antara penghambat MAO dan MAO.
Akibatnya kadar epinefrin, norepinefrin dan 5-HT dalam otak naik. Penghambat
MAO tidak hanya menghambat MAO, tetapi juga emzim-enzim lain, karena itu obat
ini meganggu metabolisme banyak obat di hati. Penghambatan enzim ini sifatnya
ireversibel. Penghambat ini mencapai puncaknya dalam beberapa hari, tetapi efek
antidepresinya baru terlihat setelah stelah 2-3 minggu. Sedangkan pemulihan
metabolisme katekolamin baru terjadi setelah pbat dihentikan 1-2 minggu.
Efek samping
penghambat MAO merangsang ssp berupa gejala tremor, insomnia dan
konvulsi. Penghambat MAO jangan dibrikan bersama makanan mengandung tiramin,
fenilpropanolamin, anfetamin, norepinefrin, dopamin, obat antihipertensi dan
levodapa. Golongan obat ini tidak banyak digunakan lagi karena telah ada obat
yang lebih aman.
Sediaan , sebagai tablet
10mg. dosis isokarboksazid 3 kali 10mg sehari. Efek terapi baru terlihat
setelah 1-4 manggu.
b) Antidepresan Trisiklik
Impiramin atau
derivat dibenzapin dan amitiriptilin derivat dibenzodiklohepatadin, merupakan
antidepresi klasik yang karena struktur kimianya disebut sebagai antidepresi
trisiklik. Kedua obat ini paling banyak digunakan untuk terapi depresi, boleg
dianggap sebagai pengganti penghambat MAO ynag tidak banyak digunakan lagi.
Derivat dibanzazepin telah dibuktikan dapat mengurangi keadaan depresi,
terutama depresi endogen. Perbaikan berwujud sebagai perbaikan suasana perasaan
(mood), bertambahnya aktivitas fisik, keawspadaan mental, perbaikan nafsu
makan, dan pola tidur yang lebih baik, serta berkurangnya pikiran morbid. Obat
ini tidak menimbulkan euforia pada orang normal.
Efek psikologik pada orang normal
imipramin menimbulkan rasa lelah, obat tidak meningktakan alam perasaan
(elevatif of mood), dan akan meningkatkan rasa cemas disertai gejala yang
menyerupai efek atropin(lihat bawah). Pemberian berulang selama beberapa hari
akan memperberat gejala ini dan menimbulkan kesukaran konsentrasi dan berfikir
serupa dengan yang ditimbulkan oleh CPZ.
Pada susunan saraf
otonom imipramin jelas sekali memperlihatkan efek
antimuskarinik, sehingga dapat terjadi penglihatan kabur, mulut kering,
obstipasi dan retensi urin. Impramin juga menghambat efek spasmogen histamin
dan 5-HT pada persendian ileum marmot.
Sedissn dan
posologi, impiran tersedia dalam bentuk tablet berlapis gula 10 dan
25 mg dan dalam bentuk sediaan suntik 25mg/2 ml. Dosis harus ditentukan untuk
tiap kasus. Biasanya dimulai dengan 75 atau 100mg terbagi dalam beberapa kali
pemberian untuk 2hari pertama, kemudian 50 mg tiap hari sampai dicapai dosis
total harian 200-250mg. Biasanya efek mulai timbul setelah 2-3 minggu.
Efek samping, sering terjadi
pengeluaran keringat yang berlebihan, yang bertentangan dengan efek atropin;
mekanisme efek samping ini tidak diketahui. Obat ini harus digunakan dengan
hati-hati pada penderita glukoma atau hepertrofiprostat. Penderita lanjut usia
lebih sering menderita pusing, hipotensi postural, sembelit, sukar berkemih,
edem dan tremor. Impramin sama dengan fenotiazin menimbulkan ikterus
kolestatik, gejala ini hilang jika pengobatan dihentikan. Berdasarkan
idiosinkrasi atau alergi, impiramin dapat menimbulkan agranulositosis. Pada
keracunan dapat menimbulkan gangguan konduksi jantung dan artimia.
Ø PSIKOTOGENIK
a) Meskalin
Yaitu alkaloid
yang berasal dari tumbuhan kaktus di Amerika Utara dan Mexico dengan rumus
menyerupai epinefrin. Meskalin digunakan oleh orang indian dalam ritus
keagamaan untuk mendatangkan trance.
Dosis meskalin ; 5
mg pada orang normal menimbulkan rasa takut, halusinasi visual, tremor,
hiperrefleksia dan peningkatan aktivitas simpatik. Meskalin hanya digunakan
dalam penelitian untuk menyelidiki keadaan yang menyerupai psikosis, tidak
untuk terapi diagnostik.
b) Dietilamid asam lisergat
Dietilamid asam
lisergat mempunyai rumus yang menyerupai ergonovin. Dosis 20-100 mikrogram yang
diberikan pada orang normal menimbulkan gejala mirip efek pemberian meskalin,
ditambah dengan euforia atau disforia, depersonalisasi, perasaan curiga dan
sifat agresif. Obat ini tidak digunakan dalam terapi dan diagnostik. Zat ini
hanya digunakan dalam penelitian untuk menimbulkan keadaan mirip psikosis.
Referensi
: Bertram G kaztung.2002. Farmakologi Dasar
dan Klinik edisi 8.Jakarta.EGC
Sulistia ganiswara.1995.farmakologi dan
terapi.jakarta.fakultas kedokteran EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar